Makanan Pereda Marah

Kecamuk rasa kecewa dan murka bisa disebabkan karena banyak faktor. Termasuk hal yang tidak menimpa diri kita sendiri. Misalnya, ketika mendengar budaya asli Indonesia yang diambil alih oleh negara tetangga. Atau, ketika kita sedang menonton tayangan yang memperlihatkan korban bom teroris di televisi. Alih-alih emosi negatif itu terus dipelihara dan mengganggu aktivitas, lebih baik tenangkan diri dengan menyantap sumber karbohidrat dengan indeks glikemik rendah.

Menurut Dr.Patrick Holford, ahli nutrisi Inggris dan pemilik Institute for Optimum Nutrition, sumber karbohidrat ini akan merangsang pembentukan L-tryphotan, yang oleh otak diubah menjadi serotonin yang menyenangkan.

Bahayanya, kalau karbohidrat yang kita asup adalah karbohidrat dengan indeks glikemik tinggi. Glukosa dalam darah akan meningkat, lalu menukik turun dengan tajam. Walhasil, pankreas akan bekerja keras berulangkali untuk menetralkan insulin ini. Untuk membantu meringankan kerja pankreas, kita disarankan mengasup karbohidrat dengan glikemik rendah, di bawah angka 55. Misalnya, apel, ubi, dan gandum. Jenis makanan ini juga tidak membuat lemak cepat menumpuk.

Lengkapi juga dengan buah berry dan jeruk. Asupan 1.000 mg vitamin C dapat menurunkan kadar kortisol dalam darah. Kortisol adalah hormon yang dilepaskan oleh otak ketika kita sedang stres. Jika hormon ini turun kadarnya, tingkat stres otomatis ikut turun.

7 CARA MENGATASI KEMARAHAN

Sifat gampang marah ternyata bisa diubah, demikian pendapat para peneliti kesehatan mental. Pada salah satu penelitian berhasil ditemukan bahwa risiko serangan jantung bisa ditekan dengan mengurangi rasa marah. Bagaimana cara mengurangi keinginan untuk marah supaya tidak lekas jantungan?

1.    Rajin berolahraga secara teratur dapat mengurangi stres dan memperbaiki suasana hati sehingga bisa mengatasi naik turunnya emosi. Yoga dan olahraga yang membuat rileks efektif untuk mengatasi sifat mudah marah.

2.    Tanyakan kepada diri sendiri apakah dengan marah-marah akan bermanfaat juga buat orang-orang di sekitar Anda. Misalnya, tanyakan “Apakah saya dapat mengontrol situasi ini? Dapatkah saya mengubahnya menjadi lebih baik dengan marah-marah?”

3.    Atasi ketegangan dengan mengambil beberapa napas dalam dan membuat otot-otot rileks. Bisa juga dengan mendengarkan musik lembut atau memvisualkan diri sendiri tengah berlibur di tempat favorit.

4.    Periksa lagi bagaimana cara Anda berkomunikasi dengan orang lain. Banyak situasi yang menyulut kemarahan melibatkan orang lain. Saat diskusi menjadi panas dan membuat marah, hitung sampai 10 sebelum bicara. Ambil napas terlebih dahulu. Dengarkan lawan bicara secara seksama.

5.    Coba sisipkan humor karena terbukti efektif meredakan kemarahan.

6.    Cari alternatif, apakah Anda hanya marah-marah pada situasi tertentu? Selama beberapa minggu, buat catatan kapan dan di mana Anda biasa marah-marah. Kemudian lihat apakah ada kecenderungan tertentu yang memicu kemarahan.

7.    Pertimbangkan konseling bila perlu. Ceritakan pada dokter soal kebiasaan Anda ini. Dokter itu akan merujukkan Anda pada orang yang ahli.