TELAPAK TANGANKU BERKERINGAT BANYAK SEKALI (kumpulan artikel)

Berkeringat merupakan usaha tubuh untuk mengeluarkan panas sebagai respon dari rasa cemas, cuaca panas, stress, demam, dsb. Keringat berlebihan pada telapak tangan dan telapak kaki merupakan suatu keadaan yang disebut sebagai hiperhidrosis palmar dan plantar, terjadi sebagai akibat dari hiperaktivitas (aktivitas yang berlebihan) sistim saraf simpatis yang meningkatkan kerja kelenjar keringat. Nama lain untuk hiperhidrosis  antara lain: keringat berlebihan, hyperhidrosis, hyperidrosis, polyhidrosis, excessive sweating. Apabila hanya telapak tangan saja yang sering berkeringat, maka itu bukan disebabkan oleh penyakit jantung. Hal itu dapat terjadi saat keadaan emosi yang meningkat seperti saat ketakutan, marah, kebingungan, kecemasan, atau memang saraf di bagian telapak tangan yang bekerja berlebih untuk mengeluarkan keringat (hiperhidrosis palmar -telapak tangan- dan plantar-telapak kaki-). Tetapi apabila bagian lain tubuh juga mengeluarkan keringat berlebihan (ketiak, telapak kaki, dan muka), maka ada beberapa kemungkinan penyebab yang harus diteliti lebih lanjut. Yaitu terlalu banyak minum alkohol, kelainan jantung, kelainan paru-paru, kelainan saraf, kelainan kelenjar, infeksi atau penyebab lainnya. Penyebab (Etiologi).
Secara umum, penyebab hiperhidrosis dapat tidak diketahui penyebabnya (idiopathic), merupakan kondisi sekunder terhadap penyakit lainnya  gangguan metabolik, demam, penggunaan obat-obat tertentu,
Berbagai referensi juga menyebutkan berbagai penyebab hiperhidrosis antara lain: makanan pedas,minuman (panas/berkafein/beralkohol), overdosis obat (morfin, aspirin),menopause,TBC,malaria,serangan jantung, penyakit tertentu (thyrotoxicosis, hyperthyroidism,hypoglycemia, leukaemia,lymphoma,pheochromocytoma),Spinal cord injury (cedera tulang belakang). Ketidaknormalan sistem saraf yang mengendalikan keringat juga merupakan penyebab hiperhidrosis.
Generalized (Seluruh tubuh) hyperhidrosis dapat merupakan kondisi sekunder dari berbagai kondisi berikut ini:
1.    Penyakit neurologis (berhubungan dengan saraf) dan/atau neoplastik (berhubungan dengan neoplasma/keganasan)
2.    Gangguan atau proses metabolik (misalnya: thyrotoxicosis, diabetes mellitus, hypoglycemia, gout, pheochromocytoma, menopause)
3.    Demam (febrile illnesses)
4.    Penggunaan obat-obatan
Beberapa obat yang dapat menimbulkan hiperhidrosis misalnya: propranolol, physostigmine, pilocarpine, tricyclic antidepressants, dan serotonin reuptake inhibitors. Khusus untuk efavirenz dapat mencetuskan keringat berlebihan pada malam hari (excessive nocturnal sweating).
5.    Konsumsi alkohol dalam waktu yang lama (chronic alcoholism)
6.    Hodgkin disease atau tuberculosis (pada nocturnal hyperhidrosis).
Untuk localized hyperhidrosis, dapat disebabkan oleh berbagai kondisi berikut ini:
1.    Rangsang pengecapan atau gustatory (berhubungan dengan Frey syndrome, encephalitis, syringomyelia, diabetic neuropathies, herpes zoster parotitis, dan abses parotid)
2.    Eccrine nevus
3.    Eccrine angiomatous hamartoma
4.    Blue rubber-bleb nevus
5.    Tumor glomus
6.    Sindrom POEMS, yaitu:

  • Peripheral neuropathy,
  • Organomegaly (pembesaran organ tubuh),
  • Endocrinopathy (penyakit hormonal),
  • Monoclonal plasma-proliferative disorder,
  • Skin changes (perubahan kulit)

7.    Sensasi kaki terbakar (burning feet syndrome)
8.    Pachydermoperiostosis
9.    Pretibial myxedema

Terapi/Pengobatan.(obat luar)

Drysol (20% aluminum chloride hexahydrate dalam absolute anhydrous ethyl alcohol) umum digunakan sebagai lini pertama agen topikal, dipakai pada malam hari pada kulit yang kering.

Untuk meminimalkan iritasi, sisa obat sebaiknya dicuci saat pasien bangun tidur, lalu daerah tersebut dinetralkan dengan aplikasi topikal baking soda.

Agen Sistemik.(obat minum)
Agen sistemik di antaranya adalah antikolinergik, sedatives dan tranquilizers, indomethacin, dan penghambat saluran kalsium (calcium channel blockers).

Antikolinergik seperti propantheline bromide, glycopyrrolate, oxybutynin, dan benztropine efektif karena neurotransmiter preglandular untuk sekresi keringat adalah asetilkolin (meskipun sistem saraf simpatik merangsang kerja (meng-innervate) kelenjar keringat ekrin.

Penggunaan antikolinergik mungkin tidak begitu menarik karena efek sampingnya seperti: refleks dilatasi pupil (mydriasis), penglihatan kabur (blurry vision), mulut dan mata terasa kering, sulit kencing, dan konstipasi.

Agen sistemik lainnya seperti sedatives dan tranquilizers, indomethacin, dan calcium channel blockers, bermanfaat untuk mengobati palmoplantar hyperhidrosis, yaitu hiperhidrosis di daerah telapak tangan dan telapak kaki.

Iontophoresis
Untuk kasus palmoplantar hyperhidrosis, dosis harian untuk setiap telapak tangan atau telapak kaki selama 30 menit adalah 15-20 mA dengan tap water iontophoresis.Terapi dengan anticholinergic iontophoresis lebih efektif daripada  dengan tap water iontophoresis.

Suntikan Botox
Suntikan Botulinum toxin efektif karena efek antikolinergiknya pada neuromuscular junction dan pada postganglionic sympathetic cholinergic nerves di kelenjar keringat.

Pembedahan
Tindakan pembedahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi hiperhidrosis antara lain: sympathectomy, eksisi daerah yang mengalami hiperhdrosis, penggunaan laser 1064-nm Nd-YAG, dan liposuction subkutan.

Sympathectomy merupakan pilihan terakhir di dalam penatalaksanaan hiperhidrosis karena melibatkan tindakan perusakan (surgical destruction) ganglia yang bertanggung jawab atas terjadinya hiperhidrosis.

Ganglia thoracic (saraf pada tulang belakang) kedua (T2) dan ketiga (T3) bertanggung jawab untuk palmar hyperhidrosis. Ganglia thoracic keempat (T4) mengendalikan axillary hyperhidrosis. Sedangkan ganglia thoracic pertama (T1) mengontrol facial hyperhidrosis.

Dua pendekatan pembedahan yang dilakukan: pendekatan terbuka dan endoskopik. Pendekatan endoskopik lebih disukai karena proses perbaikan dari komplikasi, surgical scars, dan waktu pembedahan. Sehingga jelaslah bahwa endoscopic thoracic sympathectomy merupakan terapi yang efektif untuk hiperhidrosis.

BAYI ANDA ALERGI SUSU SAPI? (KUMPULAN ARTIKEL)

Memberikan air susu ibu (ASI) pada bayi merupakan yang terbaik. Namun, bagaimana jika pemberian ASI tidak memungkinkan dan bayi mengalami alergi susu formula yang terbuat dari susu sapi? Tentu hal tersebut akan membingungkan orangtua.

Alergi susu biasanya terjadi disaat sistem imun (kekebalan tubuh) anak menyadari (atau menganggap) bahwa kandungan protein pada susu anak sebagai zat yang berbahaya dan mencoba untuk melawannya. Biasanya gejala alergi ditandai dengan mencret, muntah, sembelit, buang air besar berlendir dan berdarah. Terkadang,  dibarengi dengan batuk pilek, dan yang paling parah muncul gejala syok anafilaksis (alergi menyeluruh yang dapat berkibat kematian secara cepat).

Reaksi simpang makanan seperti ketidakcocokan susu formula terutama mengganggu sistem saluran cerna. Gangguan saluran cerna tersebut kadang mengakibatkan gangguan permeabilitas (gangguan penyerapan sari makanan) pada saluran cerna atau leaky gut. Banyak penelitian terakhir mengungkapkan bahwa gangguan saluran cerna kronis dengan berbagai mekanisme imunopatofisiologis dan imunopatobiologis (mekanisme kelainan kekebalan tubuh) ternyata dapat mengakibatkan gangguan neurofungsional otak (fungsi saraf otak). Gangguan fungsi otak tersebut mempengaruhi gangguan perilaku seperti gangguan konsentrasi, gangguan emosi, gangguan tidur, keterlambatan bicara, gangguan konsentrasi hingga memperberat gejala ADHD dan Autis.

Ketidakcocokan (intoleransi) jenis susu tersebut terjadi karena penolakan/perlawanan sistem kekebalan tubuh terhadap beberapa kandungan didalam susu formula. Bisa terjadi karena ketidakcocokan terhadap kandungan protein susu sapi (kasein), laktosa, gluten, zat warna, aroma rasa (vanila, coklat, strawberi, madu dll), komposisi lemak, kandungan DHA, minyak jagung, minyak kelapa sawit dan sebagainya.
Alergi susu sapi adalah alergi terhadap kandungan protein tertentu yang ada di dalamnya. Banyak penelitian mengenai alergenitas protein susu sapi. Terdapat lebih dari 40 jenis protein yang berbeda dalam susu sapi yang berpotensi untuk menyebabkan sensitivitas (alergi). Kandungan pada susu sapi yang paling sering menimbulkan alergi adalah lactoglobulin, selanjutnya casein, lactalbumin bovine serum albumin (BSA). Analisa Immunoelectrophoretic menunjukkan bahwa casein berkurang alergenisitasnya setelah pemanasan sekitar 120 C selama 15 menit, sedangkan lactoglobulin, lactalbumin berkurang terhadap pemanasan lebih dari 100C. BSA and gammaglobulin kehilangan antigenisitasnya pada suhu antara 70C-80C.

Untuk memastikannya, coba hentikan pemberian susu formula yang terbuat dari susu sapi itu selama dua hingga empat minggu. Setelah itu, coba berikan susu lagi. Jika terjadi reaksi yang sama, berarti benar bayi alergi susu sapi.

Menurut dr. Badriul Hegar,Sp.A (K) dari Divisi Gastroenterologi, Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSUPN Ciptomangunkusumo, untuk bayi yang mengidap alergi susu sapi, ada dua jenis susu khusus yang bisa diberikan. Susu khusus itu adalah susu formula asam amino dan/atau susu formula protein hidrolisat ekstensif.

Untuk bayi di bawah enam bulan, makanan utama adalah susu. Jika ibunya sulit memberikan ASI maka harus menggunakan susu khusus. Susu formula protein hidrolisat ekstensif adalah jenis susu yang sudah mengalami proses pemecahan protein. Beberapa protein yang menyebabkan alergi dipisahkan agar tidak ikut terkonsumsi bayi. Susu hidrolisa protein ektensif seperti Pepti junior, pregestimil, atau yang paling ekstensif seperti Neocate(susu formula asam amino). Golongan susu tersebut termasuk yang aman karena komposisinya tanpa laktosa, mengandung banyak lemak MCT (monochain trigliserida) dan protein susu yang lebih mudah dicerna. Susu formula khusus ini digunakan untuk penderita alergi susu sapi, alergi susu kedelai, malabsorspsi dan sebaginya.
Susu formula khusus lainnya adalah susu hidrolisat protein parsial, seperti NAN HA atau Enfa HA. Golongan susu ini biasanya digunakan untuk bayi yang beresiko alergi atau untuk mencegah gejala alergi agar tidak semakin memberat dikemudian hari. Untuk pencegahan alergi biasanya hanya digunakan sejak lahir hingga usia 6 bulan. Sebenarnya susu ini bukan digunakan untuk penderita alergi susu sapi. Tetapi dalam keadaan gejala alergi yang ringan tampaknya penggunaan susu ini bermanfaat. Susu formula khusus kedelai atau susu formula soya adalah susu formula yang mengandung bahan dasar kedelai sebagai pengganti susu sapi. Susu formula soya yang saat ini beredar di Indonesia adalah isomil, nutrisoya, prosobee dan sebagainya. Susu formula khusus lainnya adalah susu bebas atau rendah laktosa. Susu formula khusus ini digunakan untuk penderita intoleransi laktosa.
Non formula, merupakan susu yang sebenarnya tidak memenuhi syarat sebagai PASI. Contoh susu non formula adalah susu sapi segar, susu skim atau susu kental manis. Susu ini komposisinya tidak sesuai dengan komposisi yang direkomendasikan oleh FDA atau komposisinya tidak sesuai dengan kebutuhan bayi. Susu formula sangat berbeda dengan susu sapi murni, meski bahan baku susu formula dari susu sapi. Dalam susu formula, ada tambahan nutrisi yang sudah terukur dan disesuaikan dengan gizi yang dibutuhkan bayi. Karena itu, pemberian susu formula kepada bayi harus sesuai dengan kebutuhan bayi dan kandungan yang telah dianjurkan.

Lalu, apa yang dimaksud susu formula asam amino? Susu itu merupakan produk susu yang sudah menjalani proses lebih panjang lagi. Dalam proses itu diketahui bahwa kandungan dalam susu sapi yang benar-benar berguna untuk tubuh bayi adalah asam amino.  Sehingga dibuatlah susu berbahan dasar asam amino yang mengandung protein dalam bentuk sederhana. (Contohnya Susu Neocate).

Idealnya, bayi yang mengidap alergi susu sapi mengonsumsi susu formula asam amino ketimbang susu formula protein hidrolisat ekstensif. Dalam terapi, penggunaan susu formula protein hidrolisat ekstensif masih ditemukan kegagalan sekitar 10 sampai 30 persen.

Rasa susu asam amino lebih enak di banding dengan susu hidrolisat.
Hanya saja, harga susu formula asam amino memang lebih mahal. Karena itu, untuk tahap awal terapi, dapat digunakan susu formula protein hidrolisat ekstensif. Jika menunjukkan hasil yang positif, bisa diteruskan. Tapi jika tidak, sebaiknya segera diganti dengan susu formula asam amino. Namun pada kasus alergi susu sapi yang berat, ditandai dengan syok anafilaksis (alergi menyeluruh yang dapat berakibat kematian secara cepat), susu formula asam amino sebaiknya digunakan sejak awal. Dengan susu khusus tersebut, kondisi usus bayi bisa diperbaiki dalam waktu dua hari. Setelah dua minggu, usus sudah bisa berfungsi normal.

Bagaimana dengan susu kedelai, tepatkah diberikan untuk bayi yang mengidap alergi susu sapi? Hal tersebut sebenarnya kurang dianjurkan. Sebab ditemukan sebanyak 30 sampai 40 persen bayi penderita alergi susu sapi juga alergi terhadap susu kedelai.
Pada prinsipnya untuk mengatasi alergi maka si penderita harus dijauhkan dari alergen (bahan-bahan pemicu alergi). Artinya, pada bayi yang mengidap susu sapi, maka menjauhkan dia dari makanan berbahan susu sapi bisa membantu mengurangi alergi.

Satu hal lagi yang patut dicatat, kasus alergi susu umumnya akan hilang saat anak berusia satu tahun ke atas atau sudah berusia 15 tahun. Menurut data, sebanyak 56 persen bayi yang se belumnya menderita alergi susu, sudah menjadi toleran (terbiasa) ketika berumur satu tahun. Sedangkan pada umur 15 tahun, 95 persen anak sudah tidak menderita alergi susu lagi.

Alergi susu dapat diartikan ketika sistem kekebalan anak keliru dalam mengenali protein susu sebagai sesuatu yang berbahaya dan harus dilawan. Inilah awal dari reaksi alergi yang dapat menyebabkan bayi mengalami iritasi, gangguan pencernaan dan gejala penyakit lainnya. Kebanyakan bayi yang alergi susu sapi akan mengalami hal sama pula dengan susu kambing dan susu domba, bahkan ada juga beberapa diantaranya alergi dengan protein susu kedelai.

Bila dibandingkan kecenderungan alergi susu maka bayi yang minum ASI lebih rendah terkena alergi daripada bayi yang minum susu formula. Tapi para peneliti belum menemukan jawaban mengapa sebagian anak-anak bisa mengalami alergi sedangkan yang lainnya tidak. Pada banyak kasus, faktor genetik (bawaan dari orang tua) menjadi penyebab alergi.

Alergi susu, sejatinya, akan hilang dengan sendiri saat si kecil berusia 3 – 5 tahun, tapi ada juga yang tidak hilang alias menetap. Alergi susu berbeda dengan lactose intolerance, yaitu suatu kondisi ketidakmampuan lambung dalam mentoleransi gula laktosa yang biasanya umum terjadi pada anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa dibandingkan bayi.

Gejala alergi susu
1.Biasanya muncul pada beberapa bulan pertama kehidupan bayi atau sekitar 7 – 10 hari setelah mengkonsumsi protein susu sapi.
2.Bayi mengalami muntah, penolakan makanan, kolik, dan gangguan kulit berupa bintik-bintik merah.
3.Pada kondisi tertentu selain muntah juga dibarengi suara ‘wheezing’, gatal-gatal pada kulit, diare berdarah. Alergi yang parah berpotensial mengarah pada anafilaksis yang mengenai kulit bayi, lambung, pernafasan, dan tekanan darah. Tapi hal ini jarang terjadi dan kalau pun muncul biasanya lebih disebabkan karena alergi terhadap bahan makanan tertentu daripada karena alergi susu.

Bagaimana bila si kecil mengalami alergi susu?

1.Hubungi dokter,agar dapat dilakukan pemeriksaan fisik dan diketahui penyebab alergi susu , apakah faktor bawaan dari orang tua atau alergi makanan tertentu.
2.Tak ada pemeriksaan laboratorium tunggal yang akurat dalam mendiagnosa alergi susu, jadi jangan heran bila dokter meminta si kecil untuk menjalani serangkaian tes.
3.Dokter akan melakukan pemeriksaan darah dan kulit, dengan cara menyuntikkan sedikit susu protein ke bawah permukaan kulit si kecil dengan menggunakan jarum. Jika muncul bintik merah maka dapat dipastikan si kecil memiliki alergi susu.

Pengobatan terhadap alergi susu

Jika bayi anda memiliki alergi susu dan anda sendiri sedang menyusui, maka sangat penting untuk kembali membatasi makanan yang dikonsumsi karena jenis bahan makanan pencetus alergi (alergen) dapat masuk ke susu anda. Anda mungkin dapat berkonsultasi dengan ahli diet agar dapat mengetahui alternatif sumber kalsium dan nutrisi penting lainnya yang dapat menggantikan bahan makanan pencetus alergi tersebut.Sejak Januari 2006, seluruh produsen makanan harus mencantumkan secara jelas komposisi bahan pada label produk terutama yang terbuat dari susu. Perlu diingat, makanan yang diproduksi sebelum Januari 2006 banyak yang tidak menyertakan informasi tentang komposisi bahan yang dapat menjadi pencetus alergi.Jika bayi anda minum susu formula, maka dokter akan menganjurkan anda untuk beralih ke susu kedelai. Jika bayi anda tidak tahan terhadap protein kedelai, maka akan diganti ke susu formula hypoallergen, yang mana proteinnya sudah dipecah menjadi partikel yang lebih kecil sehingga mampu meminimalisir reaksi alergi.

Ada dua tipe susu formula hypoalergen yang tersedia, yaitu :
1. Susu formula yang sudah dihidrolisasi dengan kandungan protein susu sapi yang kemudian dipecah ke bentuk partikel yang lebih kecil sehingga alergennya pun berkurang jauh bila dibandingkan susu formula biasa. Kebanyakan bayi yang memiliki alergi susu cocok dengan formula ini, hanya sedikit yang tidak.

2. Susu formula bayi berdasarkan asam-amino, yang mengandung protein dalam bentuk sederhana. Susu ini diberikan hanya bila kondisi alergi bayi anda tidak membaik meski telah mengkonsumsi susu hidrolisasi.

Ada juga susu formula hidrolisasi parsial atau sebagian yang beredar di pasaran, tapi tidak 100% hypoalergenik dan masih dapat menimbulkan reaksi alergi.

Susu formula yang beredar di pasaran sekarang dikeluarkan oleh US Food and Drug Administration (US FDA) dan dibuat sedemikian rupa sehingga tidak dapat ditiru. Susu kambing, air beras, atau susu kacang almond tidak aman dan tidak direkomendasikan untuk bayi.

Sekali anda mengganti susu formula bayi dengan yang lain, maka gejala alergi seharusnya akan menghilang dalam 2 – 4 minggu. Dokter anak anda mungkin akan merekomendasikan kepada anda untuk tetap mengkonsumsi susu tersebut sampai usianya menginjak satu tahun, baru kemudian secara perlahan perkenalkan susu sapi lewat menu diet si kecil. Paling penting rajin berkonsultasi dengan dokter anak anda.

NYERI PINGGANG DAN LEHER (KUMPULAN ARTIKEL)

Leher bagian belakang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah “tengkuk” atau “kuduk”. Dalam bahasa Inggris disebut “posterior neck”. Leher terdiri atas ruas-ruas tulang belakang yang berakhir didasar tengkorak. Sepanjang ruas-ruas tulang belakang diikat dengan ikatan sendi/ligamen seperti deretan karet yang kuat membuat tulang belakang menjadi stabil. Didaerah leher juga terdapat otot-otot untuk mendukung/menyokong beban leher dan untuk gerakan leher. Bagian leher ini sangat sedikit dilindungi dibandingkan bagian tulang belakang yang lain sehingga sangat mudah terkena gangguan, trauma yang menyebabkan sakit dan membatasi gerakan.

Nyeri dan rasa tidak nyaman pada tengkuk umum terjadi pada waktu kerja. Antara lain terjadi pada pekerjaan dengan beban yang berat, pekerjaan manual dengan duduk, pekerjaan yang duduk terus menerus. Dalam suatu sikap yang statis, otot bekerja statis dimana pembuluh-pembuluh darah dapat tertekan sehingga aliran darah dalam otot menjadi berkurang yang berakibat berkurangnya glukosa dan oksigen dari darah dan harus menggunakan cadangan yang ada. Selain itu sisa metabolisme tidak diangkut keluar dan menumpuk didalam otot yang berakibat otot menjadi lelah dan timbul rasa nyeri. Penelitian pada 251 responden pekerja bagian jahit sepatu didapatkan keluhan nyeri tengkuk menduduki peringkat ke 4 (37.5%) setelah bahu kanan 53.8%, bahu kiri 47,4% dan pinggang 45%. Dari hasil pemeriksaan didapat-kan prevalensi nyeri tengkuk sebesar 55.4% (Dina, 2004).

Penyebab nyeri tengkuk

  1. Trauma (perlukaan akibat benturan)
  2. Trauma/luka atau keseleo disebabkan oleh kecelakaan kendaraan ber-motor yang menyebabkan cedera lecutan (whiplash injury), kecelakaan akibat pekerjaan atau akibat kontak yang keras waktu olahraga atau perkelahian yang kemudian menyebabkan sakit tengkuk.

  3. Ketegangan kronis (lama) pada otot dan tendon daerah tengkuk
  4. Sikap yang tidak baik selama bekerja menyebabkan terjadinya ketegangan kronis pada tengkuk (misalnya menundukan kepala yang berkepanjangan sehari-harinya) dimana ligamen sangat regang, otot menjadi lelah, sendi leher dan saraf tertekan.

  5. Penyakit degeneratif (penyakit karena umur) dan radang

Diskus dan sendi pada leher sering mengalami perubahan degeneratif yang prevalensinya meningkat sesuai umur. Hal ini dapat mengurangi kapasitas kerja.

4. Herniasi diskus dari salah satu ruas tulang belakang dimana diskus keluar dari antara ruas-ruas tulang belakang tersebut.

https://i0.wp.com/www.neuro-chirurgie.org/pic/neurbeha/dischern.jpghttps://i0.wp.com/www.neuro-chirurgie.org/pic/neurbeha/discher2.jpg

gambar normal tulang belakang       gambar tulang belakang yg mengalami

herniasi diskus (keluarnya nucleous

pulposus dari annulus fibrosus)

Herniasi diskus menyebabkan tertekannya saraf (nerve root) yang keluar di sebelah kiri atau kanan tulang belakang yang menyebabkan nyeri otot sepanjang persarafan tersebut.https://i0.wp.com/img.tfd.com/GEM/gem_0003_0003_0_img0341.jpg

5. Faktor psikososial

Faktor psikososial seperti beban kerja yang banyak, pekerjaan yang monoton dan kontrol yang rendah pada situasi pekerjaan serta tingkat sosial.

6. Kelainan kongenital

Seseorang yang lahir dengan bentuk vertebra yang tidak normal atau sambungan yang lepas pada daerah leher mungkin berkaitan dengan terjadinya sakit tengkuk bila ruas-ruas tulang belakang mulai menekan spinal cord.

7. Infeksi

Salah satu gejala awal dari penyakit gondok, encephalitis dan poliomy-elitis adalah kekakuan dan rasa sakit pada leher.

8. Kanker

Tumor ganas pada leher menyebabkan sakit jika timbul cukup besar untuk menekan saraf tepi dan spinal cord.

  • Penyakit lain yang juga dapat menyebabkan sakit tengkuk adalah rheumatoid arthritis dan fibromyalgia.
  • Tiga pertimbangan utama terjadinya gangguan leher belakang pada waktu kerja :

    1. Beban pada struktur leher dalam waktu yang lama, berkaitan dengan tuntutan yang tinggi dari pekerjaan dan kebutuhan stabilisasi daerah leher dan bahu dalam bekerja dengan tangan.
    2. Secara psikologis pekerjaan dengan konsentrasi tinggi, tuntutan kualitas dan kuantitas secara umum mempengaruhi aktivitas otot leher.
    3. Diskus dan sendi pada leher sering mengalami perubahan degeneratif yang prevalensinya meningkat sesuai umur.

    Faktor risiko ditempat kerja

  • Sikap tubuh
    • Abduksi dan forward flexion (kepala turun maju kedepan) lebih dari 300 dapat mengakibatkan faktor risiko oleh karena adanya penekanan pada otot supraspinatus > 30 mmHg sehingga terjadi gangguan aliran darah.

    • Sakit tengkuk/leher ditemui pada pekerja yang dituntut bekerja dengan sikap kerja tersebut dalam waktu lama. Umumnya terjadi pada industri perakitan, bekerja dengan Visual Display Terminal (VDT), mem-bungkuk, mengepak.
    • Sikap kerja yang baik dengan duduk yang tidak berpengaruh buruk terhadap sikap tubuh dan tulang belakang adalah sikap duduk dengan sedikit lordosa pada pinggang dan sedikit kifosa pada punggung dimana otot otot punggung menjadi terasa enak. Tidak menghalangi pernafasan.

  • Getaran. Suatu pegangan alat yang bergetar dapat mempengaruhi kontraksi otot dalam rangka menstabilkan tangan tersebut dan alat, dengan demikian dapat menimbulkan efek lelah pada leher.
  • Gerakan yang berulang. Gerakan berulang yang dilakukan dengan tangan akan meningkatkan kebutuhan stabilisasi daerah leher dan bahu, dengan demikian akan meningkatkan risiko keluhan leher.
  • Organisasi pekerjaan. Organisasi pekerjaan ini digambarkan sebagai distribusi pembagian tugas pekerjaan, lama kerja, lama istirahat & makan. Jangka waktu antara bekerja dan waktu istirahat mempunyai efek pada kelelahan jaringan dan penyembuhannya. Pekerjaan dengan berbagai macam tugas, menghasilkan ketidakleluasaan postur dan beban statis yang rendah untuk daerah leher dan lengan.
  • Faktor psikokologi dan sosial. Hubungan antara faktor psikososial terhadap pekerjaan dan gangguan pada daerah leher telah ditunjukan oleh beberapa studi. Antara lain mengenai tekanan psikologi yang dirasakan, kontrol yang rendah dari organisasi pekerjaan, hubungan yang buruk dengan manajemen dan teman kerja dan permintaan yang tinggi akan ketelitian dan kecepatan.
  • Faktor individu. Karakteristik individu seperti umur, jenis kelamin, kekuatan otot dan daya tahan, kebugaran fisik, ukuran tubuh, kepribadian, kecerdasan, kebiasaan waktu senggang (aktivitas fisik, merokok, alkohol, diet) rentan terhadap sakit otot. Untuk kebanyakan sakit otot, risiko meningkat sesuai usia. Wanita biasanya dilaporkan lebih tinggi tingkat risiko untuk terjadinya nyeri otot di leher dan bahu dibandingkan pria.

    Terapi / Pengobatan

    • Istirahat, obat-obatan, immobilisasi, fisioterapi, latihan-latihan dan kombinasi dari metode-metode ini.

    • Saran mengenai ketinggian kursi dan sikap pada saat bekerja.

    • Mengkoreksi sikap mental atau sikap badan.

    • Pemberian obat per os (anti inflamasi) untuk jangka panjang biasanya diperlukan antara lain pada penderita tension headache.

    • Pengobatan dengan pemanasan terutama panas yang lembab sekali dapat mengendurkan otot yang kram, tetapi harus dilaksanakan dengan cepat.

    • Kekuatan dan latihan aerobik dapat mengurangi rasa sakit dan meningkatkan kapasitas kerja pasien. Dianjurkan melakukan senam untuk melemaskan otot dan memelihara fungsi sendi-sendi tulang leher secara optimal dengan cara : berdiri tegak dengan posisi kedua kaki sedikit jauh satu sama lain, kedua bahu ditarik kebelakang. Dilakukan gerakan anggukan kepala, tengadahkan kepala, gelengkan kepala kekiri dan kekanan secara cepat semaksimal mungkin dan diulangi berkalil-kali.

    • Pembedahan mungkin diperlukan untuk mengurangi tekanan pada spinal cord atau akar saraf pada nyeri yang disebabkan oleh hernia pada diskus atau kanalis spinalis seperti pada cervical spondylosis. Juga untuk menstabilkan leher dan meminimalkan kemungkinan terjadinya kelum-puhan seperti ketika terjai fraktur yang mengakibatkan ketidak-stabilan leher.

    Pencegahan

    Untuk mendapatkan pasien yang sehat dan secepatnya kembali bekerja adalah kesadaran tentang pentingnya kesehatan dan lingkungan kerja yang baik. Untuk mencegah terjadinya nyeri tengkuk ada beberapa nasehat yang bermanfaat :

    • Menghindari bekerja dengan kepala turun atau satu sisi dalam waktu yang lama, peregangan dan posisi yang sering berulang.

    • Sikap tubuh yang baik dimana tubuh tegak, dada terangkat, bahu santai, dagu masuk dan pada tingkatan kepala, leher merasa kuat, longgar dan santai.

    • Tidur dengan bantal atau bantal urethane.
    • Memelihara sendi dan otot yang fleksibel dan kuat dengan latihan yang benar pada leher.

    KUMPULAN ARTIKEL MENGENAI BUTA WARNA

    Buta warna sebenarnya adalah ketidakmampuan seseorang untuk membedakan warna tertentu. Orang tersebut biasanya tidak buta semua warna melainkan warna-warna tertentu saja. Meskipun demikian ada juga orang yang sama sekali tidak bisa melihat warna jadi hanya tampak sebagai hitam, putih dan abu abu saja (kasus seperti ini sangat jarang terjadi). Normalnya, sel kerucut (cone) di retina mata mempunyai spektrum terhadap tiga warna dasar, yaitu merah, hijau dan biru. Pada orang yang mempunyai sel-sel kerucut yang sensitif untuk tiga jenis warna ini, maka ia dikatakan normal.

    Normalnya, sel kerucut (cone) di retina mata mempunyai spektrum terhadap tiga warna dasar, yaitu merah, hijau dan biru. Pada orang yang mempunyai sel-sel kerucut yang sensitif untuk tiga jenis warna ini, maka ia dikatakan normal. Pada orang tertentu, mungkin hanya ada dua atau bahkan satu atau tidak ada sel kerucut yang sensitif terhadap warna-warna tersebut. Pada kasus ini orang disebut buta warna. Jadi buta warna biasanya menyangkut warna merah, biru atau hijau.
    Buta warna umumnya diturunkan. Ada juga yang didapat misalnya pada penyakit di retina atau akibat keracunan. Sifat penurunannya bersifat X linked recessive. Ini berarti, diturunkan lewat kromosom X. Pada laki laki, karena kromosom X nya cuma satu, maka kelainan pada satu kromosom X ini sudah dapat mengakibatkan buta warna. Sebaliknya pada perempuan, karena mempunyai 2 kromosom X, maka untuk dapat timbul buta warna harus ada kelainan pada kedua kromosom X, yaitu dari kedua orangtuanya. Hal ini menjelaskan bahwa buta warna hampir selalu ditemukan pada laki-laki, sedangkan perempuan berfungsi sebagai karier (pembawa sifat, tapi tidak terkena).

    Image Gambar di samping bukan gambar kue. Dalam waktu tiga detik, coba lihat angka berapa yang ada di dalam lingkaran yang berbentuk seperti pie atau kue tart di samping ini. Jika kamu mengatakan 42 ! Yah, benar di dalam lingkaran hijau di samping ini terdapat angka 42. Nah, jika kita masih bisa melihat bahwa di dalam lingkaran ini terdapat angka 42 maka kemungkinan besar (masih mungkin) bisa dikatakan kita tidak mengidap kelainan Buta Warna (Color Blind). Gambar di samping merupakan salah satu gambar dari sekitar 40an gambar yang sering kali dijadikan sebagai instrumen penguji apakah kita termasuk buta warna atau tidak. Satu set uji yang terkenal untuk pengujian buta warna adalah “Ishihara”. Tes untuk uji buta warna dengan set uji ini dikatakan telah dapat mengindikasi apakah kita tergolong buta warna total atau buta warna partial.
    Sekilas mengenai buta warna

    Menurut sumber dari wikipedia, pada retina manusia normal terdapat dua jenis sel yang sensitif terhadap cahaya. Ada sel batang (rod cell) yang aktif pada cahaya rendah, kemudian ada sel kerucut (cone cell) yang aktif pada cahaya yang intensitasnya tinggi (terang). Singkat kata, sel kerucut inilah yang membuat kita dapat melihat warna-warna, membedakan warna. Menurut sumber dari wikipedia, penyakit buta warna ada yang didapat karena faktor keturunan, atau karena memang kita mengalami kelainan pada retina, saraf2 optik dan mungkin ada gangguan pada otak.
    Persepsi yang salah pada masyarakat mengenai penyakit buta warna adalah, bahwa buta warna sama sekali tidak bisa melihat warna, yang ada hanyalah warna hitam putih. Persepsi ini tidak benar karena tipe buta warna yang hanya dapat melihat warna hitam dan putih adalah satu tipe dari buta warna, masih ada tipe penyakit buta warna lainnya.
    Seperti penyakit buta warna yang hanya dapat melihat varian warna dari percampuran Merah dan Kuning saja (dichromatic), ada yang tidak dapat membedakan warna ketika banyak warna dicampurkan, ada yang tidak dapat membedakan gradasi warna. Dampak buruk dari penyakit buta warna ini kebanyakan dirasakan saat akan melamar kerja, masuk ke suatu program studi yang memang intensif dengan warna seperti :bidang kimia, teknik, angkatan bersenjata, dokter, arsitektur.

    Bagaimana buta warna bisa terjadi? Untuk memahami penyebab terjadinya buta warna, kita perlu mengetahui bagian dari mata itu sendiri. Pada bagian tengah retina, terdapat photoreceptor atau cone (seperti kantung) yang memungkinkan kita untuk bisa membedakan warna. Photoreceptor ini terdiri dari tiga pigmen warna ; yaitu merah, hijau dan biru. Gangguan persepsi terhadap warna terjadi apabila satu atau lebih dari pigmen tersebut tidak ada atau sangat kurang. Mereka dengan persepsi warna normal disebut Trichromats. Mereka yang mengalami defisiensi salah satu pigmen warna disebut dengan Anomalous Trichromats. Type ini adalah yang paling sering ditemukan. Sedangkan mereka yang sama sekali tidak memiliki salah satu dari pigmen warna itu disebut drichromat.

    Apa tanda-tandanya seseorang mengalami buta warna? Tanda seorang mengalami buta warna tergandung pada beberapa factor; apakah kondisinya disebabkan factor genetik, penyakit, dan tingkat buta warnanya; sebagian atau total. Gejala umumnya adalah kesulitan membedakan warna merah dan hijau (yang paling sering terjadi), atau kesulitan membedakan warna biru dan hijau (jarang ditemukan).Gejala untuk kasus yang lebih serius berupa; objek terlihat dalam bentuk bayangan abu-abu (kondisi ini sangat jarang ditemukan), dan penglihatan berkurang.

    Bagaimana mendeteksinya? Gangguan persepsi warna dapat dideteksi dengan menggunakan table warna khusus yang disebut dengan Ishuhara Test Plate. Pada setiap gambar terdapat angka yang dibentuk dari titik-titik berwarna. Gambar digantung di bawah pencahayaan yang baik dan pasien diminta untuk mengidentifikasi angka yang ada pada gambar tersebut. Ketika pada tahap ini ditemukan adanya kelainan, test yang lebih detail laggi akan diberikan.

    Apakah buta warna bisa disembuhkan? Tidak ada pengobatan atau tindakan yang dapat dilakukan untuk mengobati masalah gangguan persepsi warna. Namun penderita buta warna ringan dapat belajar mengasosiasikan warna dengan objek tertentu.

    Buta warna adalah suatu kondisi ketika sel-sel retina tidak mampu merespon warna dengan semestinya.
    Sel-sel kerucut di dalam retina mata mengalami pelemahan atau kerusakan permanen.
    A. Klasifikasi buta warna :
    1. Trikromasi
    Yaitu mata mengalami perubahan tingkat sensitivitas warna dari satu atau lebih sel kerucut pada retina. Jenis buta warna inilah yang sering dialami oleh orang-orang. Ada tiga klasifikasi turunan pada trikomasi:

    • Protanomali, seorang buta warna lemah mengenal merah
    • Deuteromali, warna hijau akan sulit dikenali oleh penderita
    • Trinomali (low blue), kondisi di mana warna biru sulit dikenali penderita.

    2. Dikromasi
    Yaitu keadaan ketika satu dari tiga sel kerucut tidak ada. Ada tiga klasifikasi turunan:
    Protanopia, sel kerucut warna merah tidak ada sehingga tingkat kecerahan warna merah atau perpaduannya kurang

    • Deuteranopia, retina tidak memiliki sel kerucut yang peka terhadap warna hijau
    • Tritanopia, sel kerucut warna biru tidak ditemukan.

    3. Monokromasi
    Monokromasi sebenarnya sering dianggap sebagai buta warna oleh orang umum. Kondisi ini ditandai dengan retina mata mengalami kerusakan total dalam merespon warna. Hanya warna hitam dan putih yang mampu diterima retina.
    B. Penyebab Buta Warna
    Buta warna adalah kondisi yang diturunkan secara genetik. Dibawa oleh kromosom X pada perempuan, buta warna diturunkan kepada anak-anaknya. Ketika seseorang mengalami buta warna, mata mereka tidak mampu menghasilkan keseluruhan pigmen yang dibutuhkan untuk mata berfungsi dengan normal.https://i0.wp.com/topmdi.net/radixvitae/wp-content/uploads/2009/07/eye_anatomy.jpg